Selamat Bergabung dengan kami

Contact saya di 08122007504

atau slmtsutrisno4@gmail.com

Rabu, 02 Desember 2009

Kenanganku pada Humber

Meskipun lahir di kaki Gunung Ungaran, sebenarnya nenek moyangku berasal dari Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Daerah ini adalah salah satu gudangnya sepeda di Indonesia. Bukan mustahil karena daerahnya memang datar, sehingga merupakan surga bagi para onthelis untuk menggenjot tunggangannya.

Waktu masih SMP, kalau liburan keluargaku sering berlibur ke Delanggu, tepatnya di desa Mendak untuk bersilaturahim dengan kakek dan nenek dan salah seorang kakak perempuanku. Di rumah kakek itulah saya mengenal sepeda tua itu. Sepeda berwarna hijau berpalang tinggi. Karena palangnya yang tinggi itulah, kakek sangat keberatan kalau saya minta ijin untuk menaikinya, Apalagi memang badanku termasuk ukuran mini waktu seumuran anak SMP waktu itu, bukan seperti anak sekarang yang SMP saja sudah ada yang setinggi 170 Cm, bahkan lebih. Hanya kalau kakek tidak sedang sibuk saja, aku diperbolehkan menaikinya di jalan desa dan selalu dalam pengawasannya.
Pernah suatu saat saya terjatuh dan tertimpa sepeda karena kepergok dengan delman disalah satu tikungan dan tidak saya temukan sesuatupun yang agak tinggi untuk mendaratkan salah satu kaki saya.

Kata kakek, itu memang salah satu sepeda yang ukurannya memang jangkung, belakangan saya ketahui dari kakak ipar kalau jenisnya adalah Humber FA.
Karena memang kesayangan kakek, saya mau nggak mau harus mengelapnya sampai kinclong setelah menaikinya. Bahkan lebih lama ngelapnya dibanding pakainya.
Parahnya kakek selalu mengingatkan, agar ngelapnya sampai ke jari-jarinya harus di lap satu persatu.
Kalau parkir di ruang tengah, dekat dengan tempat tidur kakek, dan bannya yang berwarna kekuningan itu harus dialasi dengan karung goni. Kalau tidak dipakai, kakek menggembosi ban sepedanya. Saya pikir mungkin biar awet, ternyata ada alasan yang lebih hebat, yaitu kalau dicuri maling, malingnya harus mompa dulu.

Seingat saya sepeda itu pakai “versnelling” SA, baru sekarang saya tahu, kalau maksudnya Sturmey Archer. Bunyi cik-ciknya sangat jelas. Kunci ban belakangnya yang pakai kombinasi, saya lupa merekya. Saya nggak ingat, ada kunci gondoknya apa tidak. Lampu depan dan dinamonya Bosch. Sepeda ini termasuk berat, lucunya kalau sepeda jaman dulu yang berat justru dianggap bagus. Dan kalau ada sepeda senengnya pada di jentik pakai jari, katanya yang bagus bunyinya “ting…ting” gitu.

Wah jadi pengin punya sepeda Humber nih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar